
Panduan Memilih Pompa Air Tenaga Surya : Submersible vs Surface
Kemajuan teknologi energi terbarukan menghadirkan banyak inovasi di sektor air bersih dan pertanian. Salah satunya adalah pompa air tenaga surya submersible vs permukaan. Selain itu , sistem ini semakin banyak digunakan oleh petani, pemerintah, dan desa mandiri karena tidak bergantung pada listrik PLN maupun bahan bakar fosil. Namun demikian , banyak yang masih bingung: kapan sebaiknya menggunakan tipe submersible, dan kapan tipe permukaan lebih ideal?
Maka dari itu , untuk memahami penjelasannya, penting bagi pembaca — terutama pihak pemerintah, Dinas Pertanian, maupun Dinas PUPR — memahami perbedaan teknis dan penerapannya di lapangan agar hasil proyek dapat berjalan lebih efisien dan berkelanjutan .
Apa Perbedaan Pompa Air Tenaga Surya Submersible dan Surface?
Penjelasan teknis dasar keduanya
Secara sederhana, perbedaan utama kedua jenis pompa ini terletak pada posisi dan kedalaman sumber air.
Pompa Submersible Tenaga Surya ditempatkan di dalam air (biasanya di sumur dalam). Dengan demikian, pompa ini bekerja dengan cara mendorong air ke permukaan menggunakan tekanan dari dalam sumber air.
Sementara itu, Pompa Surface Tenaga Surya dipasang di atas tanah dekat sumber air (misalnya sungai, embung, atau sumur dangkal). Pompa ini menghisap air dari permukaan, bukan mendorong dari bawah.
Kedua sistem ini menggunakan panel surya (solar PV) sebagai sumber energi, yang kemudian diubah menjadi listrik melalui pengontrol MPPT untuk menggerakkan motor pompa. Bedanya, pompa submersible biasanya memiliki tekanan tinggi dan efisiensi lebih baik untuk air dalam, sedangkan pompa permukaan unggul dalam kemudahan instalasi dan perawatan.
“Pemilihan tipe pompa air tenaga surya harus disesuaikan dengan kondisi sumber air. Salah memilih bisa menurunkan efisiensi hingga 40%,”
— Ir. Yudi Hartanto, MSc., Konsultan Hidro-Energi dan Perencanaan Air Bersih.
Kapan masing-masing digunakan berdasarkan sumber air?
Jenis pompa ditentukan oleh kedalaman sumber air dan kebutuhan debit.
Sebagai contoh, gunakan pompa tenaga surya submersible bila kedalaman sumber air lebih dari 20 meter, seperti sumur bor atau akuifer dalam.
Sebaliknya, gunakan pompa tenaga surya permukaan untuk sumber air dangkal (<10 meter), seperti sungai, kolam, atau embung.
Selain itu, perlu memperhatikan jarak vertikal (head total), debit air yang dibutuhkan per jam, serta luas lahan yang diairi. Karena itu, untuk irigasi pertanian besar atau sistem air bersih desa, pompa submersible lebih disarankan karena mampu bekerja pada tekanan tinggi.
?? Kelebihan & Kekurangan Teknis
Pompa Submersible Tenaga Surya
-
? Daya dorong tinggi, cocok untuk sumur dalam
-
? Aman dari risiko kavitasi (gelembung udara di pipa hisap)
-
? Tidak bising karena seluruh komponen terendam air
-
? Instalasi dan perawatan lebih kompleks
-
? Membutuhkan kabel dan pipa vertikal yang panjang
Pompa Surface Tenaga Surya
-
? Mudah dipasang dan dirawat
-
? Biaya awal relatif murah
-
? Ideal untuk irigasi terbuka seperti sawah atau kolam
-
? Tidak efektif untuk sumber air dalam
-
? Rentan terhadap kavitasi bila debit air tidak stabil
Dari sisi biaya, pompa permukaan cenderung lebih ekonomis untuk petani kecil. Namun demikian, pompa submersible lebih sesuai untuk proyek skala besar yang menuntut kapasitas air tinggi dan tekanan stabil.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Pompa Submersible Tenaga Surya?
Cocok untuk sumur dalam (>20 meter)
Pompa submersible didesain untuk bekerja di kedalaman antara 20 hingga 100 meter, bahkan lebih. Karena terendam sepenuhnya di dalam air, pompa ini mampu menghasilkan tekanan tanpa kehilangan daya konstan akibat gravitasi atau jarak hisap.
Untuk proyek air bersih desa maupun irigasi sawah luas, sistem ini sangat efisien. Selain itu, pompa submersible tidak membutuhkan pondasi tambahan karena seluruh komponen utama (motor dan impeller) berada di bawah permukaan air, sehingga menghemat ruang dan mengurangi risiko kebocoran pipa hisap.
Beberapa model DBSN Submersible Solar Pump juga sudah dilengkapi fitur proteksi kering (dry-run protection) dan kontrol otomatis MPPT, yang berarti pompa tetap aman meskipun sumber air berkurang.
Aplikasi pada proyek air bersih dan irigasi besar
Penggunaan pompa submersible tenaga surya kini menjadi andalan dalam banyak proyek pemerintah dan lembaga donor internasional, terutama untuk wilayah pedesaan tanpa jaringan listrik.
Contoh penerapan nyata:
-
Program Air Bersih di Lombok Tengah (2024) — menggunakan 5 unit pompa submersible DBSN berkapasitas 10.000 liter/jam untuk melayani 300 KK.
-
Proyek Irigasi Modern di Grobogan, Jawa Tengah — mengganti pompa diesel konvensional dengan sistem solar pump submersible, yang menurunkan biaya operasional hingga 80%.
-
Desa Mandiri Energi di Flores Timur — mengombinasikan panel surya dan tangki distribusi untuk memasok air bersih ke seluruh permukiman.
Sistem submersible tidak hanya kuat, tetapi juga ramah lingkungan dan bebas polusi suara, sehingga cocok untuk proyek di area permukiman.
Untuk mengetahui bagaimana sistem ini berperan besar dalam pembangunan berkelanjutan, Anda bisa membaca artikel: Tren Penggunaan Pompa Air Tenaga Surya dalam Program Desa Mandiri Energi
Efisiensi energi dan ketahanan terhadap tekanan tinggi
Salah satu alasan utama banyak pihak memilih pompa submersible adalah efisiensi energi yang tinggi. Karena pompa berada di dalam air, gaya gravitasi dan hambatan gesekan lebih kecil dibanding pompa hisap.
Keunggulannya antara lain:
-
Konsumsi daya lebih rendah (hingga 25% lebih hemat energi).
-
Daya dorong stabil bahkan pada kedalaman tinggi.
-
Tidak mudah panas karena motor terendam air yang berfungsi sebagai pendingin alami.
-
Dapat dioperasikan dengan sistem hybrid (solar + PLN) untuk memastikan suplai konstan meski cuaca mendung.
Menurut Andreas Wiratama, ahli sistem energi dari LIPI,
“Pompa submersible dengan sistem MPPT modern bisa menyesuaikan daya keluaran berdasarkan intensitas matahari. Artinya, pompa tetap bekerja optimal tanpa baterai tambahan, selama ada cahaya minimum.”
Dari pengalaman banyak pengguna, sistem submersible DBSN terbukti mampu bekerja stabil lebih dari 10 tahun dengan perawatan rutin sederhana, seperti pembersihan panel surya dan pemeriksaan sambungan kabel.
Teknologi pompa air tenaga surya submersible vs surface pada akhirnya bukan sekadar pilihan teknis, melainkan juga strategi menuju kemandirian energi air bersih dan pertanian berkelanjutan di Indonesia. Dengan demikian, pemilihan yang tepat dan dukungan penyedia terpercaya seperti DBSN dapat memastikan setiap proyek — baik irigasi pertanian maupun distribusi air bersih — berjalan efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan.
Sistem pompa DBSN juga dilengkapi proteksi otomatis dry-run yang akan mematikan pompa saat debit air berkurang drastis — mencegah kerusakan motor akibat panas berlebih.
Berdasarkan pengalaman lapangan, banyak petani melaporkan pompa surface mereka tetap berfungsi baik setelah 5–7 tahun penggunaan, hanya dengan perawatan ringan. Ini membuktikan bahwa pompa air tenaga surya tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga tahan lama dan ekonomis untuk penggunaan jangka panjang.
Konsultasi gratis dengan tim DBSN untuk menentukan jenis pompa air tenaga surya yang paling sesuai kebutuhan proyek Anda — mulai dari perencanaan hingga instalasi lapangan.

Bagaimana Cara Menentukan Kapasitas Pompa yang Tepat?
Dalam memilih sistem pompa air tenaga surya, penentuan kapasitas adalah faktor penting agar efisiensi dan debit air sesuai dengan kebutuhan lahan. Salah perhitungan dapat membuat sistem bekerja kurang optimal atau bahkan boros energi.
Perhitungan debit air (Q) dan kedalaman total (H)
Langkah pertama adalah menghitung kebutuhan air per hari dan kedalaman total pompa (total head).
-
Debit air (Q): Volume air yang dibutuhkan per jam atau per hari (biasanya liter/jam).
-
Total Head (H): Kombinasi antara tinggi angkat vertikal, jarak horizontal pipa, dan tekanan sistem irigasi.
Contoh sederhana:
Jika Anda membutuhkan 20.000 liter/hari untuk irigasi 1 hektare sawah dengan kedalaman sumur 8 meter dan jarak ke lahan 50 meter, maka diperlukan pompa dengan daya minimal 0,75–1 HP dan output 3.000–4.000 L/jam.
Untuk hasil yang lebih akurat, DBSN menyediakan simulasi kapasitas pompa gratis berdasarkan kondisi lokasi dan debit air yang diinginkan.
Hubungan daya pompa dan luas lahan
Semakin luas lahan dan semakin jauh sumber air, semakin besar pula daya yang dibutuhkan pompa. Namun, daya tidak selalu harus tinggi — efisiensi bisa dioptimalkan dengan sistem panel surya yang tepat.
Perkiraan umum:
-
Lahan <1 ha: 0,5–0,75 HP
-
Lahan 1–3 ha: 1–2 HP
-
Lahan >5 ha: 3 HP ke atas
Faktor lain yang berpengaruh:
-
Kedalaman sumber air
-
Kualitas pipa dan sambungan
-
Sistem distribusi (sprinkler, gravitasi, tetes)
-
Intensitas matahari harian di lokasi proyek
Sistem pompa tenaga surya DBSN biasanya disesuaikan dengan kebutuhan lokasi dan dapat dikombinasikan dengan sistem hybrid (solar + PLN) agar operasional tetap berjalan saat cuaca mendung.
Simulasi sederhana untuk petani dan kontraktor
Untuk membantu petani dan instansi teknis, DBSN memiliki pendekatan praktis dalam menentukan kapasitas pompa:
-
Lakukan survei sumber air dan ukur kedalaman.
-
Tentukan kebutuhan air per hektare per hari.
-
Tentukan jarak distribusi air dan elevasi lahan.
-
Pilih tipe pompa sesuai sumber air (submersible atau surface).
-
Tentukan kapasitas panel surya sesuai daya pompa.
Dalam praktiknya, kombinasi analisis debit air dan daya pompa menjadi kunci efisiensi sistem.
Dari beberapa proyek yang telah dikerjakan DBSN di Jawa Tengah dan Kalimantan, sistem yang disesuaikan dengan baik mampu menghemat energi hingga 35% dibanding sistem standar. Ini menunjukkan bahwa perencanaan kapasitas pompa air tenaga surya yang matang bukan sekadar aspek teknis, tetapi juga investasi jangka panjang bagi keberlanjutan pertanian dan air bersih di Indonesia.